CINTA MONYET di SMA (part 2)
Sejujurnya
aku sangat sulit menerima seorang laki-laki melebihi dr sahabat karena standar
aku yang tinggi. Walau aku pendek, pesek n cerewet begini-begini standar aku
tinggi loh.. seperti cinta-cinta monyet aku diatas apabila ia tidak pintar maka
aku jadi ilfil. Apabila ia tidak tinggi akupun jadi ilfil. Halah gaya kali si sitti ini seolah-olah ia keren bingiiits hehe..
Jadi
aku mulai membuka hati untuk si zebra dengan menerima permintaannya pulang naik
vespa antiknya. Bodohnya aku menaiki vespanya itu digerbang depan tepat ketika
anak-anak berhamburan keluar. Aku yang pendek dan kap vespa yang besar
menyulitkan aku untuk duduk membuat aku terjungkal. Rok panjang span SMAku tersikap,,
untung aku pakai hotpants. aduh malunya. Semuanya melihatku dengan
senyum-senyum. Terlebih dilihat oleh abang leting yang tinggal dilingkungan
yang sama. Rasanya muka aku mau aku simpan diloker slama sebulan sangking
malunya.
Aku
segera bangun dan berusaha duduk kembali diatas vespa seolah-olah tidak terjadi
apa-apa. Kepalang tanggung, malu aja sekalian. Dan kesialan tidak disitu saja,
pertengahan jalan vespanya mogok,, hmm sudah kuduga,,
Demi
kemanusiaan, aku tetap mengikutinya dengan pasrah ke bengkel dan menungguinya.
hari itu aku pulang kesorean membuat wajah ibuku berkerut2 khawatir. Sungguh
sial atau sungguh konyol,,
Esoknya
aku bercerita pada via dan dia tertawa membahana,,
“kurang
asem qe vi,, ni semua gara-gara qe!”
“hahahaha,,
cinta penuh perjuangan kan ti. itulah perjuaangan qe..”
“cih,,
aq ga secinta itu kali yee” merenggut.
Beberapa
hari kemudian via yang mendapat gossip baru berlari dengan heboh ke arahku dan
bercerita dengan penuh semangat.
“qe
tau ga sitti. Ternyata si zebra udah nembak si pita.”
“HAAH?!
Jadi ngapain dia deketin aku?.”
“qe
dengar dulu. Jadi dia nembak pita, kemudian ditolak nah baru dy deketin qe.”
“yang
beneeer??”
Via
mengangguk mantap.
“wih
gilingaaan,, udah kuduga kan si zebra ‘penebar jala’. Habis semua cewek ia
tebarin pesona dia. Gara-gara qe juga sih vi. nyuruh aku buka hati,, ieh males
kalii,,”
“sorri,, sitti, aku ga nyangka dia begitu.”
“ga
mau aku bekas-bekas pita aku samber juga.”
“tapikan
mereka ga pacaran, jadi apanya yang bekas. Bekas gebetan iyah.”
“aduuuh
qe kan tau sendiri vi, si pita itu mulutnya kaya feni Rose” (ups.. saat itu
feni rose belum terkenal 😛).
Ralat,,
“aduuuh qe kan tau sendiri vi, si pita itu mulutnya kaya hmm,, apa yah,, ah
tukang gosiplah, nanti kalo aq jadian ma si zebra. Dia bakal menyebarkan
gossip ke se antero sekolah bahwa aku nerima si zebra bekas nembak dia”.
Via
berpikir sejenak, “hmm,, bener juga sih. Tapi apa bakalan kaya gto. Ah gossip paling
sebentar aja.”
“galah
vi, gamau aku,, aku ga secinta itu kali sama si zebra sampek harus jadi korban
gosip. Lebih lagi kita sekelas bisa jadi bahan ledekan sekelas. Lebih baik aku
hindarin dari awal sebelum aku bener2 suka sama si zebra.”
Via
memandangku dengan lemas “jadi kalo si zebra seganteng itu, qe nya ga suka, suka
sama siapa juga? Jangan bilang si jerapaah?!”
“Galah,,
gila aja apa jerapah muka badak ngomong pake dengkul gto. Udah ah aku mau ke
toilet.”
Aku
kabur sebelum si via menemukan sesuatu yang aneh diwajahku. Dan sejak hari itu aku mulai
mendirikan benteng yang tinggi untuk zebra.
Benteng yang tidak akan bisa dia lewati melebihi apa yang bisa
didapatnya sebagai teman.
Dan
sejujurnya sampai sekarang, kami yang sudah selesai kuliah dan bekerja, masih
tetep sebagai sahabat. Dia sudah menikah dan memiliki anak namun masih menjadi
sahabatku dan persahabatan kami tidak pernah putus sampai sekarang. Dibab
berikutnya zebra masih akan muncul dengan cerita berikutnya.
NB:
‘penebar jala’ adalah istilah dariku bagi laki2 yang suka pedekate pada semua
perempuan lalu diantara semua perempuan itu, yang balik menyukainya itulah yang
akan jadi pacarnya. Ibarat kata menebarkan jala kelaut/sungai, mana ikan yang
tersangkut itu yang akan dijadikan miliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar