Kamis, 27 Oktober 2011

aku tahu...


Aku tau…aku sangat tau..
Dari awal akan seperti ini…
Aku tau…aku sangat tau..
Perjumpaan qt hanya untuk mengucapkan selamat tinggal..
Dulu.. dari jauh.. kemudian disamping.. sekarang didepan..
Tapi tetap selamat tinggal.
Aku tidak akan berkata apapun atau mengeluh.
Krn dari dulu aq hanya bisa memandangmu dr jauh.
Dan kau jg memandangku dr jauh.
Bahkan tanpa senyum.
Selamat tinggal..
Slamat tinggal!

Kamis, 20 Oktober 2011

LAPANGAN TUGU DARUSSALAM

“Sebuah Prasasti kecintaan Aceh pada Pendidikan”
Menurut sebuah kamus bahasa Indonesia Lapang berarti luas dan lebar sedangkan lapangan yaitu tempat atau tanah yang luas; alun-alun; medan. Menurut penafsiran arsitektur lapangan adalah sebuah ruang semu. Arti ruang disini adalah tempat beraktivitas, melakukan kegiatan sedangkan semu berarti ruang tersebut bukan dibatasi 6 sisi bidang (seperti pada ruang nyata) tetapi dibatasi dengan aspek spikologis. Aspek spikologis ini dapat berupa indera manusia. Dan pada lapangan, ruang ini dibatasi oleh jarak pandang kita (indera penglihatan) dan aktivitas yang berlangsung didalamnya (indera peraba).

Dipusat Darussalam Kecamatan Syiah Kuala di Banda Aceh berdiri sebuah tugu peringatan Pendirian KOPELMA (Kota Pelajar Mahasiswa). Diatas sebuah lahan yang luas. Disebut Lapangan tugu. Seperti yang kita ketahui fungsi dan manfaat sebuah lapangan adalah sebagai sarana olahraga. Tetapi manfaat lapangan tugu lebih daripada itu yaitu salah satunya adalah sarana pendidikan, dan tempat menyelenggarakan berbagai acara terkait dengan Universitas. Misalnya acara pameran, upacara, dan berbagai kegiatan lain terkait acara diruang terbuka. Lapangan ini terletak ditengah selain sebagai ikon juga agar pemanfaatannya dapat dimaksimalkan.


Perbatasan Lahan ini yaitu, sebelah utara dibatasi oleh gedung Kedokteran gigi, disebelah selatan dibatasi gedung perpustakaan, biro unsyiah, dan gedung AAC Dayan Dawood. Disebelah Timur dibatasi perumahan Dosen Unsyiah dan disebelah kiri dibatasi oleh gedung pasca sarjana IAIN. Luas lapangan ± 4 hektar. Dikelilingi oleh pohon cemara yang ditanam secara teratur berjarak ± 10 meter. Eksisting site berupa lahan yang ditumbuhi rerumputan. Sudah terdapat saluran air disekelilingnya, sehingga ketika hujan turun, lahan tidak tergenang air. Lapangan ini juga dibatasi jalan disekeliling dan pada sudut bagian utara terdapat sebuah Mushala kecil.


Kini lapangan tugu dipergunakan oleh mahasiswa tidak hanya sebagai tempat acara perkuliahan tetapi tempat mereka berkumpul dan bercengkrama. Disebelah timur kini berdiri orang-orang yang menjual makanan dari mieso, rujak, es campur, es kelapa dan sebagainya. Mahasiswa yang ingin menyegarkan diri setelah lelah bergelut dalam perkuliahan maka lebih memilih tempat ini untuk melepas lelah.


 
Dalam sejarah Aceh, lapangan Tugu merupakan simbol yang mengikat 3 objek pendidikan yaitu pendidikan sekuler (Universitas Syiah kuala), pendidikan non sekuler (IAIN-Ar Raniry), dan pendidikan Pesantren (dayah Pante Kulu). Namun seiring zaman Pante Kulu semakin merosot dan tidak dikenal lagi. Kini 2 nama besar Universitas yang dikenal yaitu Unsyiah dan IAIN Ar-raniry.

Menurut situs resminya, sejarah berdirinya Universitas Syiah Kuala, merupakan wujud dari keinginan rakyat Aceh untuk memiliki sebuah lembaga pendidikan tinggi negeri, sebagaimana yang pernah ada dan berkembang pada masa silam. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh telah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang terkenal. Para mahasiswa dan staf pengajar berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Kesultanan Turki, Iran, dan India. Syiah Kuala, yang namanya ditabalkan pada perguruan tinggi negeri di Serambi Mekkah ini, adalah seorang ulama Nusantara terkemuka yang bernama Tengku Abdur Rauf As Singkili di abad XVI, yang terkenal baik di bidang ilmu hukum maupun keagamaan.  Pada tahun 1957, awal Provinsi Aceh terbentuk, para pemimpin pemerintahan Aceh, antara lain oleh Gubernur Ali Hasjmy, Penguasa Perang Letnan Kolonel H. Syamaun Ghaharu dan Mayor T. Hamzah Bendahara serta didukung para penguasa, cendikiawan, ulama, dan para politisi lainnya telah sepakat untuk meletakkan dasar bagi pembangunan pendidikan daerah Aceh. Tanggal 21 April 1958, Yayasan Dana Kesejahteraan Aceh (YDKA) dibentuk dengan tujuan mengadakan pembangunan dalam bidang rohani dan jasmani guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. YDKA pada awalnya dipimpin oleh Bupati M. Husen, Kepala Pemerintahan Umum pada Kantor Gubernur pada waktu itu, yang kemudian dipimpin oleh Gubernur Ali Hasjmy. YDKA menyusun program antara lain:
a.     Mendirikan perkampungan pelajar/ mahasiswa di ibukota provinsi dan setiap kota kabupaten dalam wilayah Nanggroe Aceh Darussalam.
b.     Mengusahakan berdirinya satu Universitas untuk daerah Nanggroe Aceh Darussalam. 

Dari Sejarah tersebut telah membuktikan bahwa tekad bulat telah mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan, dan kenyataan ini telah diabadikan dalam guratan pada Tugu Darussalam melalui tulisan tangan seorang pemimpin negara. Mulai saat itu, semua komponen rakyat Aceh ikut mencurahkan pikiran dan tenaga serta bekerja bahu membahu dalam membangun Darussalam sehingga berdirinya Universitas Syiah Kuala. Polisi, tentara, pegawai, anak sekolah, rakyat di sekitar perkampungan Darussalam, turut serta bergotong royong dengan penuh keikhlasan untuk mendirikan dan menyumbangkan tenaga bagi pembangunan Darussalam, yang dipandang sebagai “Jantung Hati Rakyat Aceh”.

Terlihat jelas lapangan Tugu bukan hanya simbol sejarah dan ikon kota pelajar juga merupakan tempat multifungsi dan bermanfaat bagi aktivitas akademik maupun non akademik.


SUMBER :

Situs resmi UNSYIAH dan IAIN


AKU (Ananda)

tatap..
tatap aku.

aku hanya seorang gadis
karya ilahi
penuh cinta kasih

tak dapat dipuji
dan bukan bidadari.

mengukir mimpi lewat detik,
meraih asa dengan tawa.

aku berharap senja akan membawa aku pulang.
pulang dalam pelukan damai sang adam.