Rabu, 04 November 2020

100 Hari Diari Pencarian Jodoh- Hari 5

 CINTA MONYET di SMA


Di SMA ini adalah cinta monyet aku yang paling parah dan konyol. Kalo ada penghargaan maka ini “The Best Konyol in Mongkey Love”.entah begitu bahasa inggrisnya,, haha sepertinya ngarang (the most ridiculous monkey love). 

Kalau bahasa acehnya “Nyang Paleng Bangai Lam Cinta Si Ben”. Tapi dari sini aku mengerti apa itu arti cinta sebenarnya. Dan aku sudah bisa membedakan mana cinta, mana cuma suka-suka tidak jelas.

Terdapatlah dua pria tampan dalam kelasku yang penuh sesak. Mereka duduk bersama, berteman namun memiliki sifat yang berbeda 180 derajat berbeda. Dua-duanya peerfeek,, ganteng, putih, tinggi. 

Yang satu ketua kelas, tidak terlalu pintar tapi baik hati dan lugu kita sebut saja ‘zebra’ (memang kulit dia loreng-loreng =D) yang satu sangat pintar namun angkuh, kita sebut saja dia ‘jerapah’ karena kejangkungannya. Saat aku marah aku bisa memanggilnya jerapah muka badak 😂 artinya si jerapah yang tidak tahu malu.

Mereka berdua duduk didepanku yang pendek ini. yah tidak terlalu persis didepan, dibarisan samping namun juga menghalangi pandangan ke papan tulis. Memang saat SD dan SMP aku sering dapat duduk didepan karena badanku yang kecil. 

Namun di SMA tidak adalagi aturan itu. Jadi aku memutuskan duduk dibelakang karena aku jenuh menjadi anak tauladan dan disiplin krn duduk paling depan berhadapan langsung dengan guru. Setiap kali aku tidak nampak papan tulis, aku akan menghardik mereka. Kalo si zebra akan mengalah lalu menunduk sedangkan si jerapah akan menantang balik diriku. Jadinya kami sering beradu mulut gara-gara itu.

Okeh,, kita akan bercerita tentang zebra dahulu. ia adalah anak pindahan dr kampung ke kota banda aceh. Orangnya lugu dan bahasa Indonesia nya medok aceh. 

Aku dan Dua sahabat terbaikku ‘via’ dan ‘rita’ seringkali menertawai bahasa yang diucapkannya. Sungguh perbuatan yang buruk karena membulli (pada saat itu belum ada pemahaman istilah bully), tapi jujur sangat lucu. Bahasa Indonesia yang medok aceh mirip seperti bahasa Indonesia yang medok bali. Seperti banyak huruf “t” nya. Walau ia sering jadi tertawaan, tapi ia pede sekali dan merasa ganteng,,yaa mmg ganteng sih😔. Agar kegantengannya tetap eksis dia berusaha mencari pacar dengan mendekati beberapa perempuan dikelasku.

Salah satunya aku,, hahaha aku ingin tertawa mengingatnya. Waktu SMA aku hanya tampak seperti anak SD, yang membuat aku cantik cuma kepandaianku dan cara berbicara aku yang cerdas dan berwawasan (masyaak seeh). Tapi kalo kupikir lagi, aku tidak sejelek itu kok,, soalnya kalau aku jelek sekali, aku tidak akan membuat novel ini begitu panjangnya nantinya haha,,

Okeh kita kembali. Sahabatku via yang duduk sebangku denganku menyadari perhatian zebra padaku dan mulai menggoda kami berdua setiap ada waktu. Kalau si zebra tersenyum-senyum simpul maka aku akan menantangnya balik.

Jujur saja aku bukan gadis pemalu dan takut-takut. Aku gadis garang dan pemberani tapi bukan juga malu-maluin. Setiap kali si zebra mendekatiku dan menggangguku, aku mengacuhkannya. Dan beberapa kali ia mengajakku pulang dengan vespa buntutnya. Kami kebetulan tinggal dilingkungan yang sama. Saat itu ia menumpang tinggal pada pamannya. Vespanya sudah berapa kali mengantar teman-teman perempuanku. Dan sering juga aku mendengar cerita dari mulut mereka bahwa vespa itu mogok dijalan. Karena aku pulang dengan labi-labi (nama angkot di Aceh) bersama kawanku jadi aku tidak terlalu menggubris permintaannya itu.

Suatu hari Via berkata dengan lembutnya:

“sitti, berilah kesempatan untuk zebra mendekati qe.”

“malas ah aku, vi. Sekelas lagi dan qe tau sendiri ia sering jadi bahan tertawaan karena medoknya itu. Apalgi klo aq sm dy,,  habis aku dikerjain n ditertawakan oleh anak-anak”. Jawab ku sekenanya.

“ya ampun ti, itu kan karena dia orang aceh sejati macam qe tuh, bukan macem aku orang batak. Kalo ia orang batak, sudah berkata bah-bah lah dy”.

“hahahaha,, qe ni ada-ada aja vi”.

“iyalah ti, lagipula ia orangnya baik ga kaya si jerapah yang sombong itu. Ketua kelas n ganteng, tinggi lagi. Kasih kesempatan yah buat dia yah?? Yah? Yah?”

Kuhembuskan nafas dan aku mengangguk dengan keberatan.

 

 NB: “Qe” itu adalah bahasa gaul orang aceh untuk menyebut kau. Kalo memanggil kamu terlalu lembut, memanggil kau terlalu kasar maka diganti huruf “e” dengan bunyi nyaring (seperti kata WeCe) menjadi “Ke”. Tapi kita tulis dengan “Qe” agar bisa dibedakan dengan “ke” kata depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar